Generasi muda harus interaktif ,
agresif ,kreatif dan inovatif di tengah-tengah masyarakat.
Anak muda.
Anak muda (Remaja) berasal
dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa.
Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup
kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Pasa masa
ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk
golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.
Perserikatan Bangsa-bangsa mendefinisikan anak
muda sebagai individu berumur 15-24 tahun. Remaja dan dewasa muda masuk di
dalamnya.
Pada 2005, jumlah pemuda-pemudi di seluruh dunia tercatat 1,02 miliar orang alias 15,8 persen dari populasi dunia yang berjumlah 6,47 miliar orang. Jumlah anak muda pada tahun 2025 diperkirakan melonjak menjadi 1,22 miliar. (Sumber: situs web Perserikatan Bangsa-bangsa).
Pada 2005, jumlah pemuda-pemudi di seluruh dunia tercatat 1,02 miliar orang alias 15,8 persen dari populasi dunia yang berjumlah 6,47 miliar orang. Jumlah anak muda pada tahun 2025 diperkirakan melonjak menjadi 1,22 miliar. (Sumber: situs web Perserikatan Bangsa-bangsa).
Teringat kata bung karno ”Beri aku 100 orang
tua maka aku pindahkan gunung sumeru, beri aku 10 pemuda maka aku goncang dunia
ini”. Begitu lah dahsyat nya kekuatan pemuda di mata sang proklamator.
Tak ada yang bisa menyangkal, melibatkan
generasi muda dalam membangun nagari sangat penting demi masa depan yang lebih
baik. Karena anak muda itu lebih interaktif , agresif , kreatif, dan inovatif.
“Pemuda hari ini pemimpin di masa depan”. Itu lah sebuah kalimat sederhana yang
harus tertanam pada setiap generasi muda. Kita harus berinvestasi menanamkan
nilai-nilai pembangunan pada benak dan perilaku sejak muda.
Masalahnya, umumnya generasi muda merasa isu
pembangunan menganggap bukan tugas mereka. Remaja merasa membangun adalah tugas
generasi tua, dan sudah menjadi bagian dari realitas hidup.
Ogenerasi muda adalah aset masa depan bangsa
yang sangat berharga dan harus di pupuk sejak muda, dan hanya dengan
keterlibatan kitalah perubahan bisa terjadi.
Ia yakin jika anak muda dimobilisasi dan
dilibatkan dalam gerakan perubahan dan pembangunan, maka masa depan yang lebih
baik dapat terwujud. IMAMA melaksanakan beragam pelatihan dan pengabdian kepada
masyarakat yang bisa membawa perubahan dan bersifat membangun. Programnya
beragam, mulai dari tata kelola organisasi yang baik (good governance),
transparansi, akuntabilitas, akses terhadap informasi, hingga berbagai
pelatihan dan penanaman nilai-nilai intelektual dan regius melalui program
safari ramadhan , pesantren ramadhan , dan berbagai penyuluhan diantara nya
penyuluhan kesehatan , penyuluhan pendidikan , dan penyuluhan keagamaan .
Melalui program MUBES , IMAMA pun mendorong
generasi muda untuk merancang tatanan lemabaga yang ada di tengah-tangah
masyarakat. IMAMA siap untuk berbagi dan siap untuk bermitra dengan masyarakat
dalam gerakan-gerakan perubahan dan pembangunan, terutama sekali dalam
pembangunan mental dan main set atau pola pikir masyarakat.
“Kuncinya, aktivitas untuk anak muda
harus interaktif, agresif , kreatif ,inovatif dan keinginan masyarakat harus
dipertimbangkan dalam perancangan pemabangunan.
“Masyarakat sipil perlu pula menyusun strategi
yang solid namun fleksibel terhadap perubahan yang mungkin terjadi
sewaktu-waktu. Dan sebagai agen perubahan, tentu aktivis harus memberi contoh
terlebih dahulu dengan memasang standar yang tinggi dan mencapainya. Anak muda.
Anak muda (Remaja) berasal
dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa.
Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup
kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Pasa masa
ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk
golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.
Perserikatan Bangsa-bangsa mendefinisikan anak
muda sebagai individu berumur 15-24 tahun. Remaja dan dewasa muda masuk di
dalamnya. Pada 2005, jumlah pemuda-pemudi di seluruh dunia tercatat 1,02 miliar
orang alias 15,8 persen dari populasi dunia yang berjumlah 6,47 miliar orang.
Jumlah anak muda pada tahun 2025 diperkirakan melonjak menjadi 1,22 miliar.
(Sumber: situs web Perserikatan Bangsa-bangsa).
Teringat kata bung karno ”Beri aku 100 orang
tua maka aku pindahkan gunung sumeru, beri aku 10 pemuda maka aku goncang dunia
ini”. Begitu lah dahsyat nya kekuatan pemuda di mata sang proklamator.
Tak ada yang bisa menyangkal, melibatkan
generasi muda dalam membangun nagari sangat penting demi masa depan yang lebih
baik. Karena anak muda itu lebih interaktif , agresif , kreatif, dan inovatif.
“Pemuda hari ini pemimpin di masa depan”. Itu lah sebuah kalimat sederhana yang
harus tertanam pada setiap generasi muda. Kita harus berinvestasi menanamkan
nilai-nilai pembangunan pada benak dan perilaku sejak muda.
Masalahnya, umumnya generasi muda merasa isu
pembangunan menganggap bukan tugas mereka. Remaja merasa membangun adalah tugas
generasi tua, dan sudah menjadi bagian dari realitas hidup.
Ogenerasi muda adalah aset masa depan bangsa
yang sangat berharga dan harus di pupuk sejak muda, dan hanya dengan
keterlibatan kitalah perubahan bisa terjadi.
Ia yakin jika anak muda dimobilisasi dan
dilibatkan dalam gerakan perubahan dan pembangunan, maka masa depan yang lebih
baik dapat terwujud. IMAMA melaksanakan beragam pelatihan dan pengabdian kepada
masyarakat yang bisa membawa perubahan dan bersifat membangun. Programnya
beragam, mulai dari tata kelola organisasi yang baik (good governance),
transparansi, akuntabilitas, akses terhadap informasi, hingga berbagai
pelatihan dan penanaman nilai-nilai intelektual dan regius melalui program
safari ramadhan , pesantren ramadhan , dan berbagai penyuluhan diantara nya
penyuluhan kesehatan , penyuluhan pendidikan , dan penyuluhan keagamaan .
Melalui program MUBES , IMAMA pun mendorong
generasi muda untuk merancang tatanan lemabaga yang ada di tengah-tangah
masyarakat. IMAMA siap untuk berbagi dan siap untuk bermitra dengan masyarakat
dalam gerakan-gerakan perubahan dan pembangunan, terutama sekali dalam
pembangunan mental dan main set atau pola pikir masyarakat.
“Kuncinya, aktivitas untuk anak muda
harus interaktif, agresif , kreatif ,inovatif dan keinginan masyarakat harus
dipertimbangkan dalam perancangan pemabangunan.
“Masyarakat sipil perlu pula menyusun strategi
yang solid namun fleksibel terhadap perubahan yang mungkin terjadi
sewaktu-waktu. Dan sebagai agen perubahan, tentu aktivis harus memberi contoh
terlebih dahulu dengan memasang standar yang tinggi dan mencapainya.